REFORMASI.net - Setiap tanggal 22 Desember, di Indonesia identik dengan perayaan Hari Ibu. Hari Ibu sendiri diperingati atas dasar rasa syukur dan terima kasih kita kepada seorang ibu yang telah merawat dan membesarkan kita selama ini.
Tujuan dalam memperingati Hari Ibu yang dilakukan secara rutin setiap tahun adalah untuk mengingatkan seluruh rakyat Indonesia, khususnya para generasi muda akan arti dan makna Hari Ibu. Perayaan Hari Ibu merupakan upaya bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. Perayaan Hari Ibu juga sebagai momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan, serta perjuangan perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Berbagai cara dilakukan untuk mengekspresikan rasa terima kasih kita pada seorang ibu. Perayaan Hari Ibu biasanya diekspresikan dengan menghabiskan waktu bersama ibu, memberikan ibu waktu istirahat, membuat kejutan untuk ibu, mengadakan piknik bersama ibu, dan lain sebagainya.
Dalam Islam kita dianjurkan untuk menghargai dan memuliakan seorang ibu, karena ibu merupakan sosok yang sangat penting dalam keluarga. Ibu dianggap sebagai orang yang paling berharga setelah Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Dalam Islam, seorang ibu memiliki hak yang sama dengan ayah dalam mendidik anak-anaknya dan membuat keputusan penting dalam keluarga. Seorang ibu juga harus dihargai dan dipuji oleh anak-anaknya dan diakui sebagai sosok yang bijaksana dan berpengaruh dalam keluarga.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi (W. 1371 H) mengemukakan hikmah dari berbuat baik terhadap kedua orangtua dalam QS Al-Baqarah: 83 ini adalah karena mereka berdua telah mencurahkan jerih payahnya demi sang anak. Pada masa kecilnya seorang anak ia dipelihara oleh mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dididik dan di penuhi segala kebutuhannya. Oleh karena itulah sudah sepantasnya seorang anak ia harus selalu berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tuanya, sebagai balasan atas jerih payah keduanya, walaupun memang tidak akan bisa terbalaskan oleh apapun jerih payah yang sudah di lakukan oleh orangtua untuk anaknya. Namun, setidaknya seorang anak harus selalu berusaha membalas kebaikan-kebaikan jerih payah orangtuanya itu, karena kebaikan itu harus dibalas pula dengan kebaikan.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi (W. 1371 H) mengartikan وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا dalam ayat ini dengan arti sengaja berbuat baik kepada kedua orangtua, berusaha selalu memenuhi tuntunan mereka, memberi nafkah kepada mereka sesuai dengan kemampuan, dan tidak berkata kasar kepada mereka. Kemudian Al-Maraghi melanjutkan hendaknya seorang anak itu selalu berbuat baik (berbakti) kepada kedua orangtuanya dan janganlah seorang anak itu meremehkan sedikitpun di antara tuntutan-tuntutan permintaannya, karena keduanyalah seorang anak bisa terlahir ke dunia ini, karena keduanyalah yang memelihra, mengurus anaknya dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan
Ayat di atas menyebutkan beragam aneka hal yang diharamkan oleh Allah SWT. Pertama. Haram dalam mempersekutukan Allah SWT, dan Kedua. Haram mendurhakai kedua orang tua. Kemudian di penggalan ayat selanjutnya ada tiga larangan dalam membunuh, yaitu Pertama. Larangan membunuh anak, Kedua. Larangan melakukan perbuatan keji, seperti zina, mencuri, atau membunuh, dan Ketiga. Larangan membunuh seseorang kecuali dengan alasan yang benar.
Ayat di atas menjelaskan bahwa antara anak dan kedua orangtuanya itu tidak ada jarak, maksudnya adalah antara anak dan kedua orangtuanya hendaklah saling mengasihi, saling mendo'akan, sang anak hendaknya selalu menghormati, dan memuliakan kedua orangtuanya.
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya kami telah memerintahkan kepada manusia, siapapun manusia itu selama dia benar-benar manusia dan berakal sehat agar taat kepada kami sepanjang hidup mereka dan kami juga telah mewasiatkan, yaitu memerintahkan dan berpesan kepada manusia juga dengan wasiat yang baik, yaitu agar berbuat baik dan berbakti kepada kedua orangtuanya, apapun agama mereka, ataupun bagaimanapun sikap dan kelakuan mereka hendaknya selalu berbuat baik kepada keduanya. Oleh karena perantara keduanyalah kita terlahir kedunia ini. Ayahnya yang terlibat dalam kejadiannya, seorang ayah yang telah mengalirkan spermanya kedalam rahim ibunya, seorang ibu yang sudah susah payah mengandung, kemudian sambil mengalami aneka kesulitan yang bermula dari mengidam, dengan aneka gangguan baik fisik ataupun lainnya. Kemudian melahirkan dengan susah payah setelah berlalu masa kehamilan 9 bulan. Oleh karena itulah seorang anak wajib berbakti kepada kedua orang tuanya baik itu ketika mereka masih hidup ataupun ketika mereka telah meninggal dunia.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan agar setiap anak berbuat baik (berbakti) kepada kedua orangtuanya, meghormati, menuruti perintahnya, menyayangi, dan mendo'akan mereka selalu. Namun, dalam menuruti perintah keduanya itu ada batasan-batasannya, selagi yang diperintahkan oleh kedua orangtua itu dibenarkan dalam Islam dan tidak melanggar syari'at Allah SWT, perintahnya wajib kita taati. Namun, jika melanggar syari'at Islam dan dapat mendatangkan kemurkaan Allah SWT. Misalnya, perintah orangtua yang mengajak anaknya untuk ikut masuk agama mereka (musyrik), maka wajib bagi seorang anak untuk menolak dan tidak mentaatinya.
Ayat di atas menunjukan bahwa berbakti kepada kedua orangtua merupakan salah satu sifat yang menonjol dari para Nabi dan Rasul. Seluruh Nabi dan Rasul berbakti kepada kedua orangtua mereka. Ini menunjukan bahwa berbakti kepada kedua orangtua merupakan syari'at Islam yang umum. Setiap Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini, selain diperintahkan untuk menyeru umatnya agar beribadah selalu kepada Allah SWT, serta menjauhkan dari segala macam perbuatan syirik, para Nabi dan Rasul juga diperintahkan untuk menyeru umatnya agar selalu berbakti kepada kedua orangtuanya.
Berbuat baik (berbakti) kepada kedua orangtua adalah memperlakukan mereka dengan baik, tawadhu terhadap keduanya, melaksanakan perintah keduanya selama tidak dalam kemaksiatan kepada Allah SWT, mendo'akan keduanya selalu setelah keduanya meninggal dunia, dan juga membina hubungan silaturahim dengan teman-teman, sahabat keduanya.
Pada ayat sebelumnya (QS. Luqman: 14) menjelaskan tentang pentingnya untuk berbakti kepada kedua orang tua, karena perantara keduanyalah kita seorang anak terlahir ke dunia ini, kemudian pada ayat selanjutnya yakni QS. Luqman: 15 ini menjelaskan tentang pengecualian dalam mentaati kedua orang tua, yakni jika kedua orang tua menyuruh mempersekutukan Allah SWT dengan yang lain, maka wajib untuk tidak mematuhinya.
Semoga dengan memahami ayat-ayat di atas tentang kemuliaan sosok seorang ibu dapat membuat kita lebih menjiwai momen Perayaan Hari Ibu yang bertepatan pada tanggal 22 Desember ini. Aamiin...