"Tema Forhati kali ini secara nasional ditetapkan "Perempuan Mandiri Solusi Kemajuan Negeri". Spritnya adalah kita tahu bersama hari ini ketika semua orang di luar sana berbicara tentang emansipasi, bias gender, dan lain sebagainya. Tapi ada pesan moral yang coba dirumuskan oleh Forhati Nasional bahwa ternyata emansipasi bukan teriakan anti terhadap laki-laki dan bukan teriakan perlawanan terhadap laki-laki. Akan tetapi, melakukan kerjasama antara laki-laki dengan perempuan persamaan kualitas dan hak dihadapan publik. Meskipun urusan agama perempuan adalah hak bagi suaminya" Ucapnya.
"Kita mencoba merumuskan garis-garis moral tentang gerakan perempuan. Kita sisipkan sedikit moral bahwa titisan seorang perempuan menentukan masa depan anak-anaknya dan nasib baik suaminya. Bagi perempuan yang menjaga diri, harkat, dan martabatnya, termasuk menjaga diri, harkat, dan martabat suaminya itu bukan baper atau cemburu, tapi itu adalah tugas moral seorang perempuan untuk menjaga suami dan keluarga" Sebutnya.
Pada sebuah bangsa atau sebuah daerah ketika perempuannya masih terjerat dalam kondisi kemiskinan dan kebodohan. Maka oleh karena itu, ini menunjukkan ketidak majuan kesejahteraan di daerah tersebut. Ini harus menjadi komitmen bersama agar kouta 30% perempuan dalam politik dan dihadapan publik tidak sekedar menjadi gagasan kosong dan tidak menjadi simbol, tetapi tetap aktualisasi nyata dalam peran perempuan dimasyarakat.
"Keberhasilan politik perempuan di Indonesia masih ada perdebatan dalam dilema. Dilemanya adalah politik perempuan di Indonesia berhasil, karena kita pernah punya presiden perempuan Ibu Megawati dan hari ini kita punya ketua DPR perempuan Saudari Puan Maharani yang pasti hari ini adalah simbol pergerakan perempuan di Indonesia sudah sampai dititik maksimal" Paparnya.
"Sekarang apa yang terjadi di bawah titik maksimal itu politik perempuan baru diangka 13% dari agenda bangsa sebesar 30%. Apa kendalanya? Kendalanya adalah kepercayaan diri perempuan itu sendiri, support keluarga, dan support masyarakat sekitar" Ungkapnya.
"Saya menghimbau kepada aktivis perempuan khususnya kohati maupun aktivis perempuan di manapun berada. Ayo bergandengan tangan untuk mengisi ruang-ruang kosong pengambilan kebijakan termasuk dipentas politik. Lagi sekali saya menghibau ruang-ruang kosong diparlemen itu diagenda pengambilan keputusan dijabatan publik jangan diisi oleh yang hedon-hedon, seperti cuman pamer tas branding, hanya tau nyalon, lomba kebaya mahal, dan lain sebagainya. Hal ini, jangan kita biarkan, karena kita yang betul-betul lahir dari akar rumpun, yang tahu bagaimana caranya tidak ada air bersih di daerahnya, dan yang lahir dijerat-jerak kekurangan negerinya itu harus ada dipentas politik, karena menyuarakan perasaan dan pengalaman itu lebih jauh heroik dibanding sekedar menjiplak buku" Tutupnya. (RED)