Komunitas Bhavana Lombok Timur
REFORMASI.net - Hari semakin siang, matahari telah menerobos batas pagi. Panasnya berdesir diiringi swilir angin pantai yang melekat ketubuh kami. Maklum sekolah tempat kami menggelar lapak baca dekat dengan pantai yang di hampit oleh bukit-bukit yang tinggi. Untung saja pohon di halaman sekolah dasar itu masih istiqomah dengan fungsinya. Meneduhkanku dan adik-adik yang masih asyik membaca buku, bercerita, dan saling memberitahu hal yang baru mereka temukan di dalam buku yang mereka baca.
Sedangkan, mataku masih tertuju kepada seorang anak yang selalu senyum riang melihat buku yang sedang ia pegang, layaknya seorang ibu yang sedang memberikan senyuman termanis kepada anaknya. Lama aku memperhatikannya.
Nama perempuan kecil itu Hasanah seorang anak yang memiliki kekurangan secara fisik. Tangan sebelah kanannya tidak berfungsi secara normal begitu juga dengan kakinya yang sebelah. Kalau berjalan ia bebankan kepada kaki yang sebelah untuk ia bertumpu. Agar bisa berjalan walaupun dengan tertatih-tatih.
"Dia tidak sekolah?" Tanyaku kepada temanku disebelah yang sedang asyik mengumpulkan buku-buku.
"Tidak" Ucapnya pelan.
"Kenapa?" Aku memburu.
"Mungkin karena keadaannya yang seperti seperti itu" Jawab temanku. Kali ini dengan suara datar mendera iba. Aku yakin ia juga merasakan hal yang sama denganku.
Aku akan menceritakan kepada kalian, di mana saat itu aku merasa terpukul mungkin juga setelahnya.
Kendati, tangan sebelah kanannya tak berfungsi secara normal dan kakinya yang pincang. Namun, semangatnya untuk ingin membaca buku begitu tinggi. Itu terlihat ketika ia mencoba berusaha membolak balikkan buku dengan sekuat tenaga sampai terlihat keringat yang mengalir pelan di kulitnya yang sedikit berdebu. Namun, apalah daya kekuatannya terbatas dengan keadaan dan satu lagi ia tidak bisa berbicara yang membuat kesedihan itu semakin tak terbendung.
Bahkan ketika waktu kami hendak menutup lapak, ia selalu mengikuti kami dari belakang berjalan pelan memanfaatkan kakinya yang sebelah sebagai tumpuan. Seakan ia tidak rela buku yang sedang ia pegang erat kami bawa pulang.
Akhirnya aku dan kawan-kawan berinisiatif untuk memberikan hadiah dua buku untuknya satu buku putri salju dan satunya lagi buku seri dunia binatang. Terlihat senyum yang bermekaran di wajahnya yang berkeringat dan kusam.
Tetap semangat adik Hasanah kami merindukan semangatmu.
Seriwe, 04 Januari 2023