Notification

×

Iklan

Iklan

Kisah Inspiratif: Pemuda Ini Sempatkan Baca Buku Meski Harus Jualan Es Di Pinggir Jalan

Selasa, 17 Januari 2023 | Januari 17, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-01-31T02:37:21Z


REFORMASI.net - Sore ini saya berkunjung ke salah satu tempat lapak minuman (es cincau susu gula aren) sebuah minuman jalanan yang asyik untuk menghilangkan dahaga. Beliau buka hari senin-sabtu mulai dari jam 14:00-17:35 dan untuk hari minggu jam 09:00-18:25 yang berlokasi di depan Kantor Samsat Selong Lombok Timur.


Namun, bukan itu inti dari narasi yang saya tulis. Namanya Azwar Alawi, beliau kerap dipanggil Bung Awi. Seorang pemuda berumur 24 tahun, yang berasal dari Pancor Lauq Masjid. Muda dan kreatif. di sela-sela waktu luangnya, beliau selalu menyempatkan diri untuk membaca buku walau hanya beberapa menit. Bagi beliau, buku adalah sahabat yang luar biasa untuk menemaninya sebelum pelanggan berdatangan untuk membeli es cincau susu gula aren. Memang benar, saya teringat dengan salah satu mahfudzat, yaitu:
خَيْرُ جَلِيْسٍ فيِ الزَّمَانِ كِتَابٌ
Yang berarti, “sebaik-baik teman duduk setiap waktu adalah buku”.


Dari kata bijak di atas, dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa buku sangat bermanfaat untuk manusia, buku menjadi media bagi manusia untuk melihat dunia yang lebih luas. Hal ini, yang dilakukan pemuda yang berumur 24 tahun yang keluar dari zona yang membingungkan dan mencoba mengintip dunia luar dengan membolak-balik halaman buku.


Dan apa yang dikatakan Jhumpa Lahiri seratus persen memang makjos markojos "Begitulah rupa buku. Mereka membuat kamu bepergian tanpa menggerakkan kakimu" begitulah kata bijak yang melahirkan pemuda hebat seperti bung Awi. Jhumpa Lahiri seorang pengarang Amerika yang terkenal dengan cerpen, novel, dan esai dalam Bahasa Inggris dan baru-baru ini dalam Bahasa Italia.


Bukan hanya itu, manfaat dari sahabat sepanjang masa (buku) akan memberikan kebahagiaan bagi manusia yang mau bersahabat denganya.


"Bung, apakah bung tetap baca buku?" tanyaku mencoba memburu dengan nada pelan.
Beliau senyum sepersekian detik, terlihat gigi suling yang khas dari mulut beliau, lalu sepersekian detik pula ia akhiri senyum semanis gula aren itu.
"Iya bung, saya bawa buku setiap kali saya berjualan dan waktu luang saya, saya sempatkan untuk membaca". Ujar beliau mantap. Sembari menutup buku setelah menandai halaman akhir yang dibacanya, dengan Book Mark berwarna merah jambu.


Suara  motor yang berlalu lalang menggerutu di telinga kami yang sedang berdiskusi tentang apa yang baru saja beliau ketahui dari buku yang sedang dibaca.


Lama kami berdiskusi tentang banyak hal, dari penulis buku Tere Liye, J. S. Khairen, Asma Nadia, Kang Abik, Buya Hamka, dan Andrea Hirata. Sampai bagaimana mereka bisa menulis buku yang luar biasa, sehingga mampu menangkap imajinatif yang sempurna. Sederet penulis Best Seller itu, tentu sebelum menjadi penulis yang super dubber makjos markojos tentu mereka membaca terlebih dahulu.


Luar biasa bukan? sebuah budaya atau kebiasaan yang harus dipupuk, sehingga menjadi sebuah pohon yang besar kemudian memberikan kemanfaatan. Pemuda yang bernama Awi ini sedang memupuk ladangnya, memupuk dengan sepenuh hati agar menghijau dan mewangi, Agar nanti bisa dipetik hasilnya. Yah, benar sekali selain beliau mendapatkan uang dari minuman yang beliau jual, beliau juga memperoleh ilmu pengetahuan dari buku yang beliau baca.


Intinya, belajar bukan hanya di sekolah ataupun di kampus. Belajar juga bisa di mana saja dan kapan saja. Kita perlu mencontohi beliau, seorang pemuda yang tidak puas dengan ilmu pengetahuan, kreatif, dan bersahaja.


Sebagai penutup tulisan inspirasi ini. Saya teringat dengan perkataan dari Jim  Rohn "Reading is essential for those who seek to rise above the ordinary (membaca sangat penting bagi mereka yang berusaha untuk menjadi orang yang luar biasa)".


Sandyakala

(Komunitas Bhavana Lombok Timur)


Selong, 18 Januari 2023

×
Berita Terbaru Update