Hal tersebut disampaikan ketika IAIH Pancor mengadakan kegiatan yang berkolaborasi dengan INOVASI NTB selama dua hari, yakni dari tanggal 12 sampai dengan 13 Juni 2023.
Pemateri dalam kegiatan kali ini ialah Ketua LPPM) IAIH Pancor Muhammad Zakaria, M.S.I, dan Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah IAIH Pancor Dr. Idawati, M.Pd.
Manager Program Literasi Maulana IAIH Pancor Heri Hadi Saputra, M. Pd. mengatakan bahwa menghubungkan program KKN dengan literasi dasar dan PPA ini nantinya akan menjadi program yang akan dilaksanakan oleh Mahasiswa/i ketika menempuh program KKN. Karena selama ini, Perguruan Tinggi sering dikira hanya fokus mengurus akademik saja, padahal di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi itu yang menjadi salah satu fokusnya ialah pengabdian dan penelitian.
"Oleh sebab itulah, program ini betul-betul menyadarkan kita bahwa kita mempunyai masalah yang kongkrit dan punya solusi yang bagus untuk menyelsaikan masalah literasi dasar dan PPA. Karena selama ini kampus terlalu melangit, sehingga lupa dengan masalah bumi tempat kita berpijak saat ini," katanya.
Maka dari itu, menurutnya sangat penting jika peran perguruan tinggi saat ini ialah bagaimana cara menyelesaikan masalah fenomena-fenomena yang saat ini terjadi, khususnya di Lombok Timur ini.
Di sisi lain, Muhammad Zakaria, M.S.I menjelaskan ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam kegiatan KKN itu untuk menginsersi PPA ini, seperti contohnya tahun kemarin ada kelompok mahasiswa yang mempunyai program penyuluhan bahaya kawin dini, maka dari itu sangat relevan dengan PPA ini.
"Nantinya kemudian mahasiswa akan menjalin kerjasama dengan beberapa instansi atau lembaga yang fokus menyelesaikan persoalan PPA ini, seperti misalkan kerjasama dengan LPA, karena sebagaimana kita ketahui bahwa LPA ini sangat fokus dalam beberapa waktu terakhir mencegah pernikahan dini ini, wabilkhusus di Lombok Timur," ulasnya.
Selain itu, lanjutnya, perlu adanya dukungan nantinya oleh pemerintah desa terkait di mana mahasiswa KKN ini di tempatkan. Karena tanpa adanya dukungan dari Pemdes, maka semua pelaksanaan program akan sia-sia.
"Kita lihat dulu proyek yang ada di desa, terkadang ada beberapa desa yang sudah mempunyia brand desa binaan, contohnya desa ramah anak, desa literasi, dan desa-desa lainnya. Nah kemudian itulah yang kita kejar," terangnya.
Sebab, menurutnya, terkadang ada beberapa Desa yang mempunyai anggaran akan tetapi tidak adanya SDM yang mempuni untuk menjalankan program tersebut. Maka dari itu, di sanalah peran Mahasiswa untuk merealisasikan program yang ada di Desa.
"Terlebih lagi kalau terkait dengan literasi ini, setiap tahunnya itu banyak mahasiswa ketika KKN, khususnya mahasiswa tarbiyah itu menciptakan program-program literasi. Seperti sekolah alam, sekolah literasi, dan banyak lagi yang fokus mereka ingin mengentaskan masalah literasi di desa-desa sasaran KKN ini," tuturnya.
Lebih lanjur lagi, Zakaria menuturkan, hal yang tidak kalah penting ialah dengan menyamakan persepsi atau pemahaman Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), supaya jangan sampai DPL-nya tidak memahami dengan baik dan benar apa itu literasi dasar maupun PPA.
"Dosen itu perlu juga difahamkan bagiamana skema yang baik di dalam pelaksanaan KKN yang berbasis literasi dan PPA. Contoh di desa sembalun bumbung dan desa sajang itu sudah ada program litetrasinya, namun nantinya kita hanya akan menyesuaikan nilai-nilai apa yang ingin di masukkan di dalam program literasi itu," jelasnya. (GOK)